SBY-Boediono unggul, bisa permalukan tokoh agama yang tidak netral
Kabar Politik
SBY-Boediono Unggul, Bisa Permalukan Tokoh Agama yang Tidak Netral
Rabu, 08 July 2009 21:27 WIB
Jakarta (tvOne)
Jika hasil quick count yang memenangkan pasangan SBY-Boediono menjadi kenyataan, banyak tokoh agama yang akan malu. Sebab sebagian dari mereka tidak netral. Seperti diketahui, sebelum pilpres berlangsung, Ketua PP Muhammadiyah Din Syamsuddin tampak mesra dengan pasangan JK-Wiranto. Bahkan mantan Ketua PP Muhammadiyah yang cukup berwibawa Syafii Maarif, sempat beriklan untuk pasangan Jusuf Kalla.
Ketua PB NU KH Hasyim Muzadi pun akrab dengan pasangan Jk-Wiranto. Sejumlah pengamat yang dihubungi tvOne menyebutkan, jika benar pasangan SBY-Boediono memenangkan Pilpres, hal itu bisa menjadi indikator bahwa tindakan atau ucapan tokoh agama tidak selamanya diikuti oleh pengikutnya. "Masyarakat lebih memilih figur ketimbang menuruti tokoh panutan di organisasi keagamaan," ujar seorang pengamat.
Doktor politik lulusan Australia yang selama ini dekat dengan Muhammadiyah itu mengaku terpukul melihat pemimpinnya ikut larut dalam euforia politik, dan ternyata tidak berhasil menang. "Ini sebuah pembelajaran politik bagi pemimpin keagamaan ke depan," ujarnya
SBY-Boediono Unggul, Bisa Permalukan Tokoh Agama yang Tidak Netral
Rabu, 08 July 2009 21:27 WIB
Jakarta (tvOne)
Jika hasil quick count yang memenangkan pasangan SBY-Boediono menjadi kenyataan, banyak tokoh agama yang akan malu. Sebab sebagian dari mereka tidak netral. Seperti diketahui, sebelum pilpres berlangsung, Ketua PP Muhammadiyah Din Syamsuddin tampak mesra dengan pasangan JK-Wiranto. Bahkan mantan Ketua PP Muhammadiyah yang cukup berwibawa Syafii Maarif, sempat beriklan untuk pasangan Jusuf Kalla.
Ketua PB NU KH Hasyim Muzadi pun akrab dengan pasangan Jk-Wiranto. Sejumlah pengamat yang dihubungi tvOne menyebutkan, jika benar pasangan SBY-Boediono memenangkan Pilpres, hal itu bisa menjadi indikator bahwa tindakan atau ucapan tokoh agama tidak selamanya diikuti oleh pengikutnya. "Masyarakat lebih memilih figur ketimbang menuruti tokoh panutan di organisasi keagamaan," ujar seorang pengamat.
Doktor politik lulusan Australia yang selama ini dekat dengan Muhammadiyah itu mengaku terpukul melihat pemimpinnya ikut larut dalam euforia politik, dan ternyata tidak berhasil menang. "Ini sebuah pembelajaran politik bagi pemimpin keagamaan ke depan," ujarnya