Wisatawan asing serta keadaan di Danau Toba masa kini
“Bukan karena itu! Jangan terlalu banyak alasan. Dulu tahun ’70 sampai ’80-an tidak ada promosi, belum ada Internet, WWW katanya, entah apalah itu, dang adong i, tapi saat itu Danau Toba sangat ramai dengan turis luar. Jadi bukan karena kurangnya promosi. Masalahnya adalah pesawat,” katanya. “Nion, pinggolhon, lean tu biang i!”, begitulah menurut Bernard Sidabutar (58), Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Samosir terkait dengan langka-nya pengunjung/turis asing ke daerah tujuan wisata Danau Toba
Dari tahun ke tahun Pesta Danau Toba digelar secara akbar dengan menghabiskan dana besar. Pejabat pemerintah menyampaikan berbagai pendapat dan program. Sejak lima tahun lalu Bupati Samosir, Mangindar Simbolon, telah mengusung visi-misi menjadikan Samosir sebagai kabupaten pariwisata pada tahun 2010. Namun, alhasil, pariwisata Danau Toba masih tetap jalan di tempat dan tidak dapat dikembalikan seperti masa jayanya puluhan tahun lalu.
Menurut Bernard Sidabutar, sektor wisata di Kabupaten Samosir tidak maju-maju adalah karena kebanyakan pejabat pemerintah asyik berteori. Rapat-rapat dan seminar digelar membahas bagaimana pertanian, perikanan, perkebunan, industri kerajinan, dan sektor-sektor lainnya supaya mendukung pariwisata.
Ada yang mengatakan budaya Batak perlu dikemas lebih menarik sebagai tontonan bagi turis, jangan hanya mengandalkan panorama Danau Toba. Ada pula yang menilai kurangnya keramahan penduduk dan pelaku wisata, serta minimnya promosi, sebagai penyebab berkurangnya jumlah kunjungan pelancong.
Sekarang tidak ada lagi maskapai pesawat dari luar negeri yang langsung terbang ke bandara Polonia, Medan, seperti 20-an tahun lalu. Bandara Silangit di Kabupaten Tapanuli Utara juga cuma melayani rute dari dan ke Medan.
“Seharusnya setiap hari pesawat dari Jakarta dan Bali terbang langsung ke Silangit, saya jamin, Danau Toba akan kembali ramai.”
Katanya, mulai 1968 wisatawan luar negeri sudah datang ke Danau Toba tanpa campur tangan pemerintah. Waktu itu pesawat-pesawat dari Belanda terbang langsung ke Polonia tanpa transit. “Turis bule tidak suka jika harus singgah dulu di Jakarta atau Bali, itu bikin repot. Mereka jadi enggan ke Danau Toba. Makanya harus diupayakan bagaimana caranya pesawat dari luar negeri langsung ke Polonia, atau dari Bali ke Silangit.”
sumber:
Koran Tapanuli.com
Dari tahun ke tahun Pesta Danau Toba digelar secara akbar dengan menghabiskan dana besar. Pejabat pemerintah menyampaikan berbagai pendapat dan program. Sejak lima tahun lalu Bupati Samosir, Mangindar Simbolon, telah mengusung visi-misi menjadikan Samosir sebagai kabupaten pariwisata pada tahun 2010. Namun, alhasil, pariwisata Danau Toba masih tetap jalan di tempat dan tidak dapat dikembalikan seperti masa jayanya puluhan tahun lalu.
Menurut Bernard Sidabutar, sektor wisata di Kabupaten Samosir tidak maju-maju adalah karena kebanyakan pejabat pemerintah asyik berteori. Rapat-rapat dan seminar digelar membahas bagaimana pertanian, perikanan, perkebunan, industri kerajinan, dan sektor-sektor lainnya supaya mendukung pariwisata.
Ada yang mengatakan budaya Batak perlu dikemas lebih menarik sebagai tontonan bagi turis, jangan hanya mengandalkan panorama Danau Toba. Ada pula yang menilai kurangnya keramahan penduduk dan pelaku wisata, serta minimnya promosi, sebagai penyebab berkurangnya jumlah kunjungan pelancong.
Sekarang tidak ada lagi maskapai pesawat dari luar negeri yang langsung terbang ke bandara Polonia, Medan, seperti 20-an tahun lalu. Bandara Silangit di Kabupaten Tapanuli Utara juga cuma melayani rute dari dan ke Medan.
“Seharusnya setiap hari pesawat dari Jakarta dan Bali terbang langsung ke Silangit, saya jamin, Danau Toba akan kembali ramai.”
Katanya, mulai 1968 wisatawan luar negeri sudah datang ke Danau Toba tanpa campur tangan pemerintah. Waktu itu pesawat-pesawat dari Belanda terbang langsung ke Polonia tanpa transit. “Turis bule tidak suka jika harus singgah dulu di Jakarta atau Bali, itu bikin repot. Mereka jadi enggan ke Danau Toba. Makanya harus diupayakan bagaimana caranya pesawat dari luar negeri langsung ke Polonia, atau dari Bali ke Silangit.”
sumber:
Koran Tapanuli.com