Mengenang Dr. J. Leimena
Dokter
Johannes Leimena
atau yang biasa dipanggil "Om Jo" sangat dikenal dikalangan kader
GMKI. Beliau dilahirkan di Kota Ambon Maluku pada tanggal 06 Maret 1905. Pada tahun 1914, Leimena hijrah ke Batavia
(Jakarta) dimana ia meneruskan studinya di ELS (Europeesch Lagere
School), namun hanya untuk beberapa bulan saja lalu pindah ke sekolah menengah
Paul Krugerschool (kini PSKD Kwitang). Dari sini ia melanjutkan pendidikannya
ke MULO
Kristen, kemudian melanjutkan pendidikan kedokterannya STOVIA (School
Tot Opleiding Van Indische Artsen), Surabaya
- cikal bakal Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Keprihatinan Leimena atas kurangnya kepedulian sosial umat Kristen terhadap nasib bangsa, merupakan hal utama yang mendorong niatnya untuk aktif pada "Gerakan Oikumene". Pada tahun 1926, Leimena ditugaskan untuk mempersiapkan Konferensi Pemuda Kristen di Bandung. Konferensi ini adalah perwujudan pertama Organisasi Oikumene di kalangan pemuda Kristen. Setelah lulus studi kedokteran STOVIA, Leimena terus mengikuti perkembangan CSV yang didirikannya saat ia duduk pada tahun ke 4 di bangku kuliah. CSV merupakan cikal bakal berdirinya GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia) tahun 1950.
Dengan keaktifannya di Jong Ambon, ia ikut
mempersiapkan Kongres Pemuda Indonesia 28 Oktober
1928, yang menghasilkan Sumpah Pemuda.
Perhatian Leimena pada pergerakan nasional kebangsaan semakin berkembang sejak
saat itu.
![]() |
Patung J. Leimena di Ambon |
Leimena mulai bekerja sebagai dokter
sejak tahun 1930. Pertama kali diangkat sebagai dokter pemerintah di "CBZ
Batavia" (kini RS Cipto Mangunkusumo). Tak lama ia
dipindahtugaskan di Karesidenan Kedu saat Gunung Merapi meletus. Setelah itu dipindahkan
ke Rumah Sakit
Zending Immanuel Bandung. Di rumah sakit ini ia bertugas dari tahun 1931 sampai 1941.
Salah satu karya Almarhum dalam bidang
Kesehatan adalah “Bandung Plan” tahun 1951 yang ditingkatkan tahun 1954 dan
dikenal sebagai “Leimena Plan”, yang merupakan cikal bakal dari “PUSKESMAS”
yang kita kenal sekarang. Menjadi Direktur Rumah Sakit Cikini hingga Tahun1973
dan menjadi Penasihat Umum pada Dewan Direksi dan Direktur Emiritus Rumah Sakit
Cikini hingga wafatnya
Pada tahun 1945, Partai Kristen
Indonesia (Parkindo)
terbentuk dan pada tahun 1950, ia terpilih sebagai ketua umum dan memegang jabatan ini
hingga tahun 1957.
Selain di Parkindo, Leimena juga berperan dalam pembentukan DGI (Dewan
Gereja-gereja di Indonesia, kini PGI), juga pada tahun 1950. Di lembaga ini
Leimena terpilih sebagai wakil ketua yang membidangi komisi gereja dan negara.
Sebagai seorang negarawan ia duduk
dalam pemerintahan, memegang berbagai jabatan di antaranya yang paling lama
ialah menduduki jabatan Menteri Kesehatan RI yaitu selama delapan kali masa
jabatan dan tujuh kali menjadi pejabat Presiden RI. Dialah satu-satunya orang
yang berhasil jadi menteri selama 21 tahun berturut-turut. Hebatnya lagi, dalam
18 kabinet yang berbeda pula. Bahkan Leimena pernah sampai tujuh kali memegang
fungsi Pejabat Presiden RI.
Apa yang membuat Leimena dipercaya
baik oleh kalangan Nasionalis, Islam, dan Komunis? Berbagai nara sumber
menyebut karakter Leimena yang menonjol, yaitu sederhana, jujur, dan tenang.
Roeslan Abdulgani, mantan wakil perdana menteri menulis, “Mengenang Dr.Leimena
atau Om Jo adalah mengenang seorang pribadi sederhana. Sederhana dalam cara
berpikirnya dan sederhana dalam cara hidupnya. Sederhana tidak dalam arti
dangkal tapi secara mendalam. Lurus dan tidak berliku-liku. Wajar seadanya dan
tidak dibuat-buat".
Sumbangsih Leimena sebagai hati nurani
juga dituturkan oleh Ridwan Saidi, mantan Ketua Umum PB Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
Ketika itu Presiden Soekarno berniat membubarkan Masyumi dan HMI karena kedua
organisasi ini mengkritik Bung Karno. Ternyata Leimena berprakarsa mencegah
Bung Karno membuat keputusan itu.
Sikap pribadinya yang sederhana dengan Iman Kristen
yang sejati dan teguh, menyebabkan ia dapat diterima oleh semua golongan.
Sebagai pemimpin Partai Kristen Indonesia (PARKINDO) ia selalu dapat duduk
dalam berbagai kabinet karena pendiriannya untuk kepentingan negara di atas
segala-galanya, bahkan karena kejujurannya Presiden Soekarno pernah berkata Siapa
orang paling jujur menurut Bung Karno? Jawabnya: Johannes Leimena! Ini yang
dikatakan Bung Karno, “Ambillah misalnya Leimena…saat bertemu dengannya aku
merasakan rangsangan indra keenam, dan bila gelombang intuisi dari hati nurani
yang begitu keras seperti itu menguasai diriku, aku tidak pernah salah. Aku
merasakan dia adalah seorang yang paling jujur yang pernah kutemui.”
Catatan;
Dikutip dari blog GMKI cabang Luwuk