(Ali bin Abu Tholib) From the wall of Gendis Jawi
Aku khawatir terhadap masa yang roda kehidupannya dapat menggilas keimanan.
Keimanan hanya tinggal pemikiran yang tak berbekas dalam perbuatan.
Banyak orang baik tapi tak berakal.
Ada orang berakal tapi tak beriman.
Ada lidah fasih tapi berhati lalai.
Ada yang khusyuk namun sibuk dalam kesendirian.
Ada ahli ibadah tapi mewarisi kesombongan iblis.
Ada ahli maksiat rendah hati bagaikan sufi.
Ada yang banyak tertawa hingga hatinya berkarat.
Ada yang banyak menangis karena kufur nikmat.
Ada yang murah senyum tapi hatinya mengumpat.
Dan ada yang berhati tulus tapi wajahnya cemberut.
Ada yang berlisan bijak tapi tak memberi tauladan.
Ada yang paham tapi tak menjalankan.
Ada yang pintar membodohi.
Ada yang bodoh tak tahu diri.
Ada yang beragama tapi tak berakhlak,
dan ada yang berakhlak tapi tak bertuhan.
Lalu diantara semua itu, di mana aku berada?
Keimanan hanya tinggal pemikiran yang tak berbekas dalam perbuatan.
Banyak orang baik tapi tak berakal.
Ada orang berakal tapi tak beriman.
Ada lidah fasih tapi berhati lalai.
Ada yang khusyuk namun sibuk dalam kesendirian.
Ada ahli ibadah tapi mewarisi kesombongan iblis.
Ada ahli maksiat rendah hati bagaikan sufi.
Ada yang banyak tertawa hingga hatinya berkarat.
Ada yang banyak menangis karena kufur nikmat.
Ada yang murah senyum tapi hatinya mengumpat.
Dan ada yang berhati tulus tapi wajahnya cemberut.
Ada yang berlisan bijak tapi tak memberi tauladan.
Ada yang paham tapi tak menjalankan.
Ada yang pintar membodohi.
Ada yang bodoh tak tahu diri.
Ada yang beragama tapi tak berakhlak,
dan ada yang berakhlak tapi tak bertuhan.
Lalu diantara semua itu, di mana aku berada?