Freeport di Papua, Indonesia
Jaman awal Indonesia berdiri CIA pernah mencoba untuk menyingkirkan Soekarno (orde lama) dengan berbagai gerakan separatis dan upaya pembunuhan
Dan pada akhirnya sejarah mencatat indonesia jatuh juga dalam kendali amerika pasca naiknya Soeharto (orde baru) saat peristiwa G30SPKI.
di bawah ini adalah sekilas sejarah itu berdasarkan buku "Tim Werner" yg berjudul "Legacy of Ashes: A History of CIA” (2007), dan memoar Dubes As "Howard P Jones" yg berjudul "Indonesia: The Possible Dream” (1990) dan penulusuran "Kathy Kadane" dalam herald journal tahun 1990 yg berjudul "CIA Compiled Indonesian Death Lists in 1965" atau lebih dikenal dengan "The Year of Dangerous Reporting"
------------------------------------------------------------
(BAGIAN I PERAN CIA DAN AMERIKA DI INDONESIA)
------------------------------------------------------------
Sejak kemenangan soviet dalam perang dunia ke 2 terhadap jerman, hal ini membuat AS mulai waspada dengan Soviet yg di peridiksi akan menjadi negara supoer power yg mampu mengimbangi AS dan menjadi musuh ideologi yg sama besarnya.
Maka pasca perang dunia ke 2 ini AS menyusun : Program 14 Pasal Woodrow Wilson, Truman Doctrine, dan Marshall Plan yg bertujuan untuk membatasi pengaruh komunis di dunia dan membangun negara2 yg hancur akibat perang dunia ke 2.
Dan tahukah kalian jika Indonesia (istilah dulu “Hindia Belanda”) merupakan satu-satunya wilayah koloni Eropa yang tercakup dalam rencana dasar Marshall Plan. Akibatnya, bantuan finansial dan militer AS kepada Belanda menyebabkan Belanda mampu untuk mengembalikan cengkramannya kpd Indonesia. Belanda melancarkan embargo ekonomi dan tekanan militer terhadap pemerintah RI yang berpusat di Jogja kala itu.
Dan pada puncaknya ketika tentara Belanda kembali datang ke Jawa dan Sumatera pada musim semi 1946, banyak serdadu Belanda mengenakan seragam marinir AS dan mengendarai jeep Angkatan Darat AS. Bahkan AS diyakini turut membantu Belanda dalam serangan militer Belanda II atas Yogya pada 18 Desember 1948 (Agresi Militer Belanda II )
Perhatian AS terhadap kawasan Asia tenggara terutama Indonesia sangat besar sesudah Perang Dunia II disebabkan letaknya yang sangat strategis dan kandungan kekayaan alamnya yang luar biasa. dan hal ini di sadari oleh presiden Soekarno sehingga presiden pertama republik ini menolak dengan tegas imprealisme modern atau neo-kolonialisme (neo-kolim) dan hal ini berdampak dengan murkanya AS, apalagi di saat itu Soekarno terlihat erat menjalin kerjasama dengan rusia dan china yg merupakan 2 negara besar blok timur. Maka tidak ada jalan lain bagi Amerika selain menyingkirkan soekarno.
Saat itu Soekarno bergerek cepat dengan menasionalisasi Aset -Aset Belanda di Indonesia untuk memperkuat perekonomian nasional (tahun 1957) tapi langkah ini di jegal oleh pemberontakan PRRI/PERMESTA yg sebenarnya mendapat dukungan dari CIA.
Dalam waktu hampir bersamaan, November 1957, terjadi percobaan pembunuhan terhadap Bung Karno yang dikenal dengan peristiwa Cikini. Bung Karno selamat namun 9 orang tewas dan 45 orang disekelilingnya terluka. Dalam hal ini sangat kuat nuansa keterlibatan CIA dan hal ini di perkuat karena Penyelidikan pemerintah kala itu mendeteksi jika tindakan makar tersebut didalangi oleh komplotan ektrem kanan yang dimotori Letkol Zulkifli Loebis, pendiri Badan Rahasia Negara Indonesia (BraNI), cikal bakal BIN, yg mendapat dukungan CIA. Dan dengan tegas juga Bung Karno mengatakan jika CIA berada di belakang usaha-usaha pembunuhan terhadap dirinya.
Tudingan Bung Karno ini terbukti benar. Dalam satu sesi pertemuan Komite Intelijen di Senat AS yang diketuai Senator Frank Church dengan Richard Bissel Jr mantan wakil Direktur CIA bidang perencanaan operasi (22 tahun kemudian) terungkap jika saat itu nama Soekarno memang sudah masuk dalam target operasi Direktur CIA, Allan Dulles.
------------------------------------------------------------
(BAGIAN II PERAN CIA DAN AMERIKA DI INDONESIA)
------------------------------------------------------------
Dalam operasi untuk menyingkirkan Sukarno, CIA mendukung gerakan separatis PRRI/PERMESTA, di samping itu juga AS menurunkan kekuatan militernya yang tidak main-main untuk menunjang operasi ini. CIA menjadikan Singapura, Filipina (Pangkalan AS Subic & Clark), Taiwan, dan Korea Selatan sebagai pos suplai dan pelatihan bagi para pemberontak.
Dari Singapura, pejabat Konsulat AS yang berkedudukan di Medan, dengan intensif berkoordinasi dengan Kol. Simbolon, Dr Sumitro, dan Letkol Ventje Soemoeal yg merupakan pemimpin PRRI/PERMESTA.
Malam hari, 7 Desember 1957, Panglima Operasi AL-AS Laksamana Arleigh Burke memerintahkan Panglima Armada ke-7 (Pacific) Laksamana Felix Stump menggerakkan kekuatan AL-AS yang berbasis di Teluk Subic untuk merapat ke Indonesia dengan kecepatan penuh tanpa boleh berhenti di mana pun.
Satu divisi pasukan elit AS, US-Marine, di bawah pengawalan sejumlah kapal penjelajah dan kapal perusak disertakan dalam misi tersebut. Pada waktu itu AS beralasan bahwa pasukan itu untuk mengamankan instalasi perusahaan minyak AS, Caltex, di Pekanbaru, Riau.
Selain memberikan ribuan pucuk senjata api dan senapan mesin, lengkap dengan amunisi dan aneka granat kepada para pemberontak, CIA juga mendrop sejumlah alat perang berat seperti meriam artileri, truk-truk pengangkut pasukan, aneka jeep, pesawat tempur dan pembom, dan sebagainya. Bahkan sejumlah pesawat tempur AU-Filipina dan AU-Taiwan seperti pesawat F-51D Mustang, pengebom B-26 Invader, AT-11 Kansan, pesawat transport Beechcraft, pesawat amfibi PBY 5 Catalina juga dipinjamkan CIA kepada pemberontak.
Hal ini lah yg membuat, pemberontakan PRRI/PERMESTA bisa memiliki angkatan udaranya sendiri yang dinamakan AUREV (AU Revolusioner). Beberapa pilot pesawat tempur tersebut bahkan diawaki oleh personil militer AS, Korea Selatan, Taiwan, dan juga Filipina.
kekuatan udara AUREV menjadi momok yang menakutkan di wilayah Indonesia bagian Tengah dan Timur. Berbagai misi dilakukan AUREV, di antaranya serangan udara pada tanggal 13 April 1958 terhadap lapangan terbang Mandai (sekarang Bandara Hassanuddin), Makassar. Yang lainnya adalah serangan ke pelabuhan Donggala, Ambon, Balikpapan, Ternate dan tempat lainnya menjadi target serangan yang cukup vital. bahkan serangan ini menengelamkan sebuah kapal perang korvet generasi pertama yg dimiliki indonesia ( RI Hang Toeah).
Di karenakan hal ini sukarno melakukan protes keras kepada Amerika, tapi seperti biasa, awalnya pemerintah AS membantah keterlibatannya dalam pemberontakan PRRI/PERMESTA. Namun, tidak sampai tiga pekan setelah Presiden Eisenhower menyatakan hal itu, pada 18 Mei 1958, sebuah pesawat pengebom B-29 milik AS ditembak jatuh oleh sistem penangkis serangan udara Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI), Pilot tempur pesawat tersebut, Allan Lawrence Pope, adalah agen CIA yang sengaja ditugaskan membantu pemberontakan dalam operasi untuk menggulingkan Bung Karno. Allan Lawrence Pope berhasil ditangkap hidup-hidup dan menjadi tawanan untuk mengancam balik Amerika dan mempermalukan CIA.
Dan untuk menangani dua batayon US Marine dengan Armada ke-7 nya ke perairan Riau Bung Karno segera mengirim satu pasukan besar di bawah pimpinan Ahmad Yani untuk melibas para pemberontak di Sumatera. Saat itu RRC telah menyiapkan skuadron udaranya serta ribuan tentara regulernya untuk bergerak ke Indonesia guna membantu Soekarno memadamkan pemberontakan yang didukung CIA tersebut, namun Bung Karno menolaknya karena bung Karno merasa angkatan perang indonesia yg baru terbentuk sudah mampu untuk mengusir 2 batalyon US marine ini, dan hal ini terbukti benar pasukan yg di pimpin oleh jendral Ahmad yani mampu memukul mundur kekuatan pemberontak yg didukung oleh batalyon US marine ini bahkan hal ini terjadi hanya dalam hitungan jam saja.
Menurut pesan rahasia CIA yg terungkap belakangan ini, pada masa itu para pimpinan pemberontak diminta sebelum mundur dari Riau mereka harus meledakkan instalasi kilang minyak Caltex dulu, agar dua batalyon US Marine yang sudah menunggu di perairan Dumai bisa mendarat dan menghantam pasukan Yani, dan setelah itu berencana merangsek ke Jakarta guna menumbangkan Soekarno, tapi hal ini sama sekali tidak pernah terjadi karena pasukan pemberontak tersebut berhasil di kalahkan duluan. Juni 1958, pemberontakan PRRI/PERMESTA ini berhasil ditumpas seluruhnya.
beberapa tokoh utama PRRI/PERMESTA melarikan diri ke singapura dan thailand adalah prof. Sumitro Djojohadikusumo (yg merupakan ayah Prabowo Subianto, dan kelak beliau akan menjadi begawan ekonomi indonesia di jaman orde baru dan yg menggariskan arah kebijakan ekonomi bangsa ini dalam beberapa dekade) dan pemimpin PRRI/PERMESTA Letkol Ventje Soemoeal akhirnya di tangkap tahun 1961 dan di penjara selama 5 tahun tapi setelah bebas Ventje Soemoeal berhenti dari dunia militer dan berganti profesi menjadi pengusaha.
------------------------------------------------------------
Walau awalnya AS membantah keterlibatannya dalam pergerakan PRRI/PERMESTA , namun mantan Dubes AS Howard P. Jones mengakui jika dirinya tahu jika CIA ada di belakang pemberontakan itu. Hal ini ditegaskan Jones dalam memoarnya “Indonesia: The Possible Dream” (1990; hal.145).
.
------------------------------------------------------------
(BAGIAN III PERAN CIA DAN AMERIKA DI INDONESIA)
------------------------------------------
Pasca gagalnya dukungan CIA terhadap PRRI/PERMESTA, dan dipermalukan Amerika, sikap AS jadi lebih lunak terhadap Indonesia.
Namun walau di permukaan AS tampak melunak, sesungguhnya AS masih tetap melancarkan usaha untuk menyingkirkan Bung Karno dan menguasai Indonesia agar tidak jatuh ke pengaruh blok timur (soviet dan china).
Walau di permukaan AS ingin memperbaiki hubungannya dengan Bung Karno, namun diam-diam CIA masih bergerak untuk menumbangkan Bung Karno dan sudah menyiapkan satu pemerintah baru untuk Indonesia yang mau tunduk pada kepentingan Amerika.
Sebenarnya pada saat itu CIA juga menggarap satu proyek membangun kelompok elit birokrat baru yang Pro dengan Amerika kapitalis, kelompok ini sekarang dikenal tokohnya adalah Suharto dan sebagai penasehat ekonominya adalah kelompok ‘Mafia Berkeley’ yg Prof Sumitro dan Soedjatmoko merupakan tokoh penting dan ‘Mafia Berkeley’ mendapatkan bantuan dari Ford Foundation yg nantinya mereka yg menentukan arah kebijakan ekonomi bangsa ini di era orde baru yg membuat bangsa ini lebih maju dan makmur dari orde lama tapi yg perlu disayangkan harga untuk kemakmuarn ini sangat mahal berupa banyaknya anak bangsa ini yg terbunuh dan terdiskriminasikan selama puluhan tahun di bawah rejim orba dan hilangnya penguasaan sumber daya alam akibat bargain (pertukaran) politik orba dan amerika.
hal tentang seluk beluk dan sejarah mafia barkley ini bisa di baca di buku David Ransom yg berjudul "The Berkeley Mafia and the Indonesian Massacre" tahun 1970.
Dan pada akhirnya gerakan 30 sepetember (G30SPKI) menjadi awal titik balik tersingkirnya bung karno dan puncaknya adalah saat terjadinya Supersemar di mana ini adalah proses penyerahan tampuk kekuasaan indonesia dari presiden Sukarno kepada presiden Suharto dan dalam berbagai literatur modern yg terungkap setelah berakhirnya kekuasaan orde baru banyak menyebutkan keterlibatan CIA dalam usaha2 gerakan G30SPKI dan hal ini bisa di baca di artikel analisa dari prof Peter Dale Scott dari Universitas of California di barkeley yg berjudul "Pacific Affairs"
(tulisan nya bisa di baca langsung di link bawah ini)
http://www.namebase.net/scott.html
Dan seperti yg kita ketahui bersama Saat G30SPKI terjadilah pembersihan besar2an kepada partai komunis indonesia karena dianggap PKI berhianat kepada bangsa indonesia dan karena sukarno terkesan melindungi PKI maka sukarno di paksa untuk menyerahkan kekuasaanya kepada suharto, peristiwa ini nantinya di kelan dengan Supersemar (suarat perintah 11 maret). tapi sampai hari ini masih banyak kejadian misterius yg menyelimuti G30SPKI bahkan beberapa tokoh kunci peristiwa ini menghilang, dan banyak pihak meyakini bahwa awalnya G30SPKI tidak bermaksud menghabisi para jenderal tapi memanggil mereka untuk menemui Bung karno untuk di konfrontir langsung masalah kebenaran adanya dewan jendral yg infonya di didapat oleh Sukarno, tapi di tengah jalan operasi pemanggilan ini menjadi penculikan dan pembunuhan para jendral ini, hal ini bahkan tidak di ketahui Presiden Sukarno dan para petinggi militer saat itu. Dalam beberapa tulisan pada peristiwa ini, salah satu director cut nya adalah Syam Kamaruzzaman dan Doel Arief yg mengetahui dan merubah perintah pemanggilan para jendral ini menjadi penculikan dan pembunuhan, dan sampai sekarang Syam Kamaruzzaman dan Doel Arief sendiri tidak di ketahui di mana rimbanya. Walaupun di pengadilan Syam memang divonis mati. Tetapi banyak mantan tahanan politik di Rumah Tahanan Militer (RTM) Budi Mulia meragukan apakah Syam betul-betul dieksekusi. Bahkan lebih banyak yang menganggap bahwa Syam dilepas, berganti identitas dan hidup sebagaimana orang biasa atau bahkan sudah kabur ke luar negeri. Semua itu tidak lepas dari jasanya terhadap berdirinya Orde Baru di bawah Soeharto.
Dalam buku "Siapa sebenarnya Soeharto: fakta dan kesaksian para pelaku sejarah G-30" editor Eros Djarot ditulis, Lettu. Inf. Doel Arief mendapat 'perintah langsung' dari Syam Kamaruzzaman, bilamana mengalami kesulitan menjemput para jenderal, mereka (jenderal-jenderal tersebut) tetap dipaksa dibawa dalam keadaan hidup atau mati. Padahal, dalam briefing terakhir, instruksi Letkol. Inf. Untung kepada seluruh komandan lapangan adalah "menangkap jenderal-jenderal anggota Dewan Jenderal" tersebut guna dihadapkan kepada Bung Karno. Dari perintah tersebut cukup jelas bahwasanya para jenderal itu ditangkap dan dibawa dalam keadaan hidup, bukan mati.
(tulisan nya bisa di baca di buku ini)
http://books.google.co.id/books?id=t3obtVlTFg0C&pg=PA1&lpg=PA1&dq=Siapa+Sebenarnya+Soeharto%3F&source=bl&ots=z9cEF8JT4o&sig=pZRnbeHBp-Yze_rN5o6MTrNr5lU&hl=en&sa=X&ei=HyVCUeHgB4W3rAfcxIHAAQ&redir_esc=y
Dan saat kejadian G30SPKI ini CIA sendiri turut menyumbang daftar list nama tokoh2 PKI yg harus di musnahkan (The Dead List) yang berisi 5.000 list nama tokoh dan kader PKI di Indonesia dan list ini disampaikan kepada Jenderal Suharto
dan ini ada di tulis dalam laporan penelitian wartawan Kathy Kadane dalam harian herald journal tahun 1990 yg berjudul "CIA Compiled Indonesian Death Lists in 1965"
(tulisan nya bisa di baca langsung di link bawah ini)
http://www.namebase.net/kadane.html
CIA memang memberi daftar target operasi sejumlah 5.000 orang, namun fakta di lapangan korbanya jauh di atas angka itu, dan pembersihan PKI di tahun 1965 dulu termasuk pembantain terburuk dalam sejarah kelam indonesia, dan jumlah korbannya di perkirakan sekitar 1 - 3 juta jiwa dan sekitar 100.000 orang mengalami penahan tanpa persidangan dan berikutnya sekitar puluhan juta orang yg terkait keluarga yg berhubungan dengan PKI mendapatkan diskriminasi selama bertahun2 karena ada angota keluarganya yg tersangkut jadi anggota PKI (seterotipe yg di bangun dengan doktrin di era orde baru). Dan ini merupakan kasus terbesar kajahatan HAM yg pernah terjadi di indonesia.
Para korban ini sebenarnya dampak dari pertikaian politik antara suharto dan seukarno yg di tunggangi kepentingan CIA dan blok timur (komunis) di tahun 1965
http://en.wikipedia.org/wiki/Indonesian_killings_of_1965–1966
Saat mundurnya Sukarno dari jabatan presiden Indonesia sesudah terjadinya pemberontakan G30SPKI dan kejadian 11 maret beliau di gantikan oleh Suharto hal ini di sambut gembira oleh amerika bahkan karena hal ini seperti “Terbukanya upeti besar dari Asia”. Indonesia memang seperti peti harta karun yang berisi segala kekayaan alam dan kekuatan yang luar biasa di kawasan asia yg merupakan incaran blok barat (amerika dan para sekutunya) melawan blok timur (rusian dan china).
Dalam bargain politik (pertukaran kepentingan politik) ini November 1967. Jenderal Suharto mengirim sebuah tim ekonomi ke swiss dipimpin oleh Adam Malik untuk menghadiri pertemuan korporasi bisnis besar dunia untuk membahas Penanaman Modal Asing di indonesia hal ini akhirnya diresmikan dengan di keluarkan nya UU Penanaman Modal Asing tahun 1967, dengan undang2 baru ini akhirnya Freeport-mc moran direstui untuk secara resmi mulai untuk membuka pertambanganya di irian jaya (projek tembagapura) freeport-australia sendiri sudah melakukan survey sejak tahun 1960 menemukan di daerah tembagapura merupakan sumber tambang yg sangat besar, Freeport sendiri mulai mendirikan perusahaanya di indonesia mulai tahun 1966 dan mendapatkan legalitasnya berdasarkan UU Penanaman Modal Asing tahun 1967. Dan upaya pertambangan ini masih berlangsung sampai sekarang dengan pembagian keuntungan yg sangat pincang dimana pemerintah hanyak memiliki 9.36% saja dari saham tambang freeport di irian jaya ini dan 90.64% nya di miliki oleh freeport.
Pada akhirnya berbagai intrik dan konspirasi yg terjadi di indonesia ini terjadi karena perebutan kekuasaan yg di manfaatkan oleh pihak2 asing untuk semakin menguasai indonesia, dan korban terbesarnya selalu rakyat jelata indonesia yg tidak tau apa2.
Dan perisiwa kelam tahun 1965-1966 dulu merupakan sejarah menyedihkan di mana 7 jendral dan petinggi militer terbunuh, jutaan pengikut PKI terbunuh dengan ratusan ribu simpatisannya yg di hukum tanpa ada pengadilan, dan stigma negative dan diskriminasi kepada keluarga atau simpatisan yg terkait Partai ini yg di bentuk oleh negara selama puluhan tahun dulu.
Mungkin inilah kejahatan terbesar dalam sejarah modern yg pernah di lakukan negara kepada masyarakatnya sendiri dan ini terjadi di Indonesia negara kita.
------------------------------------------------------------
Tamat
------------------------------------------------------------
sumber referensi penulisan 3 bagian ini :
http://id.wikipedia.org/wiki/Mafia_Berkeley
http://en.wikipedia.org/wiki/Soemitro_Djojohadikoesoemo
http://id.wikipedia.org/wiki/Widjojo_Nitisastro
http://en.wikipedia.org/wiki/30_September_Movement#Suharto_with_CIA_support
http://en.wikipedia.org/wiki/Indonesian_killings_of_1965–1966
http://en.wikipedia.org/wiki/CIA_activities_in_Indonesia
http://en.wikipedia.org/wiki/Permesta
http://id.wikipedia.org/wiki/Allen_Lawrence_Pope
http://www.namebase.net/names/nn09.cgi?Na=Pacific+Affairs
https://www.cia.gov/library/center-for-the-study-of-intelligence/kent-csi/vol14no2/html/v14i2a02p_0001.htm
https://history.state.gov/historicaldocuments/frus1964-68v26
http://adst.org/2013/04/the-year-of-living-dangerously-indonesia-and-the-downed-cia-pilot-may-1958/
http://www.nytimes.com/2012/01/19/world/asia/veil-of-silence-lifted-in-indonesia.html?pagewanted=all&_r=0
http://www.ratical.org/ratville/JFK/Indo58.html
https://webspace.utexas.edu/hcleaver/www/357L/357LRansomBerkeleyMafia.htm
https://www.muckrock.com/foi/united-states-of-america-10/select-crest-october-1965-indonesia-documents-cia-203/
http://www.aljazeera.com/programmes/101east/2012/12/2012121874846805636.html
http://fair.org/extra-online-articles/the-year-of-dangerous-reporting/
http://www.nytimes.com/2007/07/22/books/review/Thomas-t.html
http://books.google.co.id/books?id=Aeiejs-lxn8C&pg=PA133&lpg=PA133&dq=Indonesia%3A+The+Possible+Dream”