Jenderal yang sedikit berbicara menjaga konstitusi : LetJend(Purn) Sintong Panjaitan
“Jenderal, Bapak Presiden tidak punya waktu banyak dan harap segera meninggalkan ruangan,” kata Letjen Sintong Panjaitan yang saat itu menjabat sebagai penasihat militer presiden.
Demikian yang dikatakan LetJend Sintong Panjaitan kepada Prabowo Subianto saat bertemu Presiden RI BJ Habibie di Istana saat itu.
Ini yang terjadi saat itu:
Jenderal Wiranto dalam laporannya saat itu menyatakan ada konsentrasi pasukan tak dikenal di kediaman Presiden Habibie di Patra Kuningan, Jakarta dan di Istana Merdeka.
“Dari laporan tersebut, saya
berkesimpulan bahwa Pangkostrad (Letjen Prabowo Subianto) bergerak
sendiri tanpa sepengetahuan Pangab (Jenderal Wiranto),” kata Habibie
dalam buku ‘Detik-detik Yang Menentukan’ karya Bacharuddin Jusuf Habibie, terbitan THC Mandiri
Habibie sontak terkejut mendengar laporan tersebut. Dalam benaknya muncul berbagai pertanyaan dan praduga.
Tak butuh waktu lama, Habibie saat itu
juga langsung memerintahkan Jenderal Wiranto untuk mencopot Letjen
Prabowo dari posisi Pangkostrad (Panglima Komando Strategi Angkatan
Darat), sebelum matahari tenggelam.
Jenderal Wiranto lantas melaporkan juga
kepada Presiden Habibie bahwa sang istri, Ainun Habibie, beserta anak
dan cucu telah diamankan prajurit ABRI menuju Wisma Negara.
Hal itu dilakukan untuk menjamin keamanan keluarga presiden karena banyaknya pasukan tak dikenal yang berkeliaran kala itu.
“Saya bertanya kepada diri saya, ‘Mengapa
keluarga saya harus dikumpulkan di satu tempat? Apakah tidak lebih aman
jikalau anak-anak dan cucu-cucu saya tinggal di tempatnya masing-masing
dan dilindungi oleh Pasukan Keamanan Presiden? Mengapa harus
dikumpulkan di satu tempat,” kata Habibie dalam hati.
Selang berapa jam kemudian, Letjen
Prabowo datang menemui Presiden Habibie di Istana Negara. Prabowo
menanyakan soal pencopotannya. Dalam pertemuan itu, Presiden Habibie
menanyakan soal pergerakan pasukan dari luar Jakarta menuju Istana
Merdeka dan Kediamannya.
“Saya bermaksud untuk mengamankan presiden,” jawab Prabowo.
Namun jawaban Prabowo itu dibantah
Presiden Habibie. Menurutnya, keamanan presiden menjadi tanggung jawab
Paspampres, bukan Kostrad. Namun Prabowo berkata :
“Atas nama ayah
saya, Prof Soemitro Djojohadikusumo dan ayah mertua saya Presiden
Soeharto , saya minta Anda memberikan saya tiga bulan untuk tetap
menguasai pasukan Kostrad,” kata Prabowo.
Namun Habibie menjawab dengan nada tegas:
“Tidak! Sebelum
matahari terbenam, Pangkostrad harus sudah diganti dan kepada
penggantinya diperintahkan agar semua pasukan di bawah komando
Pangkostrad harus segera kembali ke basis kesatuan masing-masing, dan
saya bersedia mengangkat anda menjadi duta besar di mana saja!”,” kata Habibie.
“Yang saya kehendaki adalah pasukan saya!” jawab Prabowo.
“Ini tidak mungkin, Prabowo,” tegas Habibie .
Ketika perdebatan masih berlangsung seru,
Habibie kemudian menuturkan bahwa Letjen Sintong Panjaitan masuk
sembari menyatakan kepada Prabowo bahwa waktu pertemuan sudah habis.
“Jenderal, Bapak Presiden tidak punya
waktu banyak dan harap segera meninggalkan ruangan,” kata Letjen Sintong
Panjaitan yang saat itu menjabat sebagai penasihat militer presiden.
Habibie Prabowo Dan Wiranto Bersaksi, yang ditulis oleh Asvi Warman Adam Setelah itu Prabowo menempati posisi baru
sebagai Komandan Sekolah Staf Komando (Dansesko) ABRI menggantikan
Letjen Arie J Kumaat.
Dalam judul buku : Habibie, Prabowo, dan Wiranto Bersaksi, (download versi DOC atau PDF Habibie, Prabowo dan Wiranto bersaksi / Tim Kick Andy
Author :
Subject : 1. INDONESIA - SEJARAH ERA REFORMASI
Publisher : Jakarta: Media Kita
Year : 2007
Stock : 2
Index Page :
Info : v, 89 hlm. : il. ; 23 cm) yang ditulis oleh Asvi Warman Adam dan Tim Kick Andy menyatakan:
“Buku-buku yang
ditulis Habibie, Wiranto, Fadli Zon dan Kivlan Zen (termasuk satu bagian
dari buku Sumitro Djojohadikusumo yang membela putranya) boleh
dikatakan sebagai buku putih yang mencoba menjelaskan posisi tokoh yang
bersangkutan, membela diri, dan menjelaskan kehebatan masing-masing.
Namun di sisi lain, buku itu juga mencari kambing hitam pada orang
lain.” (DR. Asvi Warman Adam, sejarawan dan ahli peneliti utama LIPI)
Asvi Warman Adam menyebutkan bahwa telah terjadi perdebatan Pangkostrad Prabowo dengan Presiden Habibie dikala itu :
“Dia mengatakan
kepada saya waktu itu – tepatnya kami berdebat, “Anda ini presiden apa?
Anda presiden naif!” Saya jawab, “Masa bodo. Yang penting saya
presidennya. Saya yang menentukan. Titik!.” (B.J. Habibie, mantan presiden RI, tentang Prabowo)
Maka, Presiden Habibie pun menolak
permintaan Pangkostrad Letjen Prabowo untuk menunda pencopotannya. Di
dalam bukunya pula, mantan presiden Habibie yang dikala itu menjabat
sebagai Presiden Republik Indonesia menyatakan alasan pencopotan
Prabowo.
Selanjutnya silahkan simak di blog berikut ini : http://indocropcircles.wordpress.com/2013/10/24/prabowo-dan-pergerakan-pasukan-liar-tragedi-1998/ Bukunya : http://store.tempo.co/foto/detail/P2010201200090/brigjenl-sintong-panjaitan#.U1dejVcSPMs
Profil Sintong Panjaitan
Operasi Anti Teror Woyla di Bandara Don Muang